“Internalisasi Nilai-Nilai Aswaja Dalam Pendidikan Islam Modern”
By -
Desember 17, 2021
0
Martapura - Institut Agama Islam Darussalam (IAID) Martapura mengadakan Kuliah Umum dengan tema “Internalisasi Nilai-Nilai Aswaja Dalam Pendidikan Islam Modern” bersama Buya Dr. H. Arrazy Hasyim, MA yang merupakan Dosen IIQ Jakarta sekaligus pimpinan dari Ribath Al-Nouraniyah. Kegiatan berlangsung pada hari Jum'at, 17 Desember 2021.
Kegiatan ini berlangsung secara hibrid, melalui tatap muka secara langsung dihadiri kalangan terbatas dari sivitas akademika IAID dengan menerapkan protokol kesehatan di Aula Yayasan PP Darussalam. Adapun peserta lainnya mengikuti melalui Zoom Meeting dan siaran langsung di Youtube.
Bapak Prof. Dr. H. A. Hafiz Anshary AZ, MA dalam sambutannya menyampaikan bahwa Kuliah Umum dengan pemilihan tema internalisasi nilai-nilai ahlussunah wal jama'ah sejalan dengan visi dan misi IAI Darussalam Martapura. Ahlussunah wal jamaah yang dimaksud dari visi dan misi IAID adalah Ahlussunah wal jamaah an Nahdiyah yang berarti Nahdhatul Ulama. Beliau menceritakan ketika pada tahun 1926 dibentuk Nahdlhatul Ulama (NU) oleh para kiyai sepuh di Surabaya, 1 tahun setelah itu atau pada tahun 1927 Kyai Abdul Qodir Hasan, selaku pimpinan ke 4 Pondok Pesantren Darussalam Martapura, mendirikan NU di Martapura. Oleh karena itu Pondok Pesantren Darussalam Martapura dengan NU tidak dapat dipisahkan karena disinilah NU pertama kali didirikan dan disinilah NU kemudian menyebar hingga ke seluruh pelosok Kalimantan Selatan.
Nilai-nilai yang terkandung dalam ahlussunah wal jama'ah merupakan bagian terpenting dari visi dan misi IAID Martapura. sehingga semua komponen pembelajaran di IAID diorientasikan kepada pengembangan nilai-nilai Ahlussunah wal jamaah dengan satu ideologi yang netral, moderat, dan adaptis.
Sementara Buya Arrazy dalam Kuliah Umum menyampaikan perlunya mewaspadai munculnya pergerakan-pergerakan aliran Khawarij, Jaringan Islam Liberal (JIL), atau Neo Liberal melalui halaqoh-halaqoh, khususnya dilingkungan mahasiswa.
Buya Arrazy juga menggambarkan bagaimana kisah Imam Ahmad bin Hambal yang disiksa hanya karena perbedaan faham. Tak ketinggalan sahabat dari Imam Ahmad bin Hambal yang bernama Ahmad bin Nadhor, juga digantung dan disalib secara keji hanya karena isu tidak menyebut Al Qur'an adalah makhluk.
Buya Arrazy juga mengingatkan bahwa pengikut Ahlussunah mesti bertasawuf dan tasawuf mesti berthoriqot. Dan Fiqih ahlussunah mesti bermazhab, yaitu Mazhab Mazhab Hanafi, Maliki, Hambali, dan Syafi'i, di mana beliau semua adalah ulama Salafussholeh di tiga abad pertama hijriyah.
Kuliah umum kemudian diakhiri dengan penyerahan penghargaan dari Institut Agama Islam Darussalam Martapura kepada Buya Arrazy selaku narasumber pada kegiatan Kuliah Umum ini
Sesuai pesan Bapak Rektor IAID semoga kegiatan Kuliah Umum ini menambah semangat kita untuk lebih mendalami, menghayati, dan mempraktekkan nilai-nilai ahlussunah wal jama'ah tidak saja dalam dunia pendidikan kita, tetapi juga dalam kehidupan kita sehari-hari.
Oleh: Diah Kusumayanti (FMC)